Senin, 13 Oktober 2008

Berapa Biaya Jasa Hasan Fikri "Sang Arsitek" ?




Seseorang yang ingin membangun rumah, terkadang ragu menggunakan jasa seorang arsitek karena biaya yang tak terjangkau (mahal). Namun saat ini anda tidak perlu ragu lagi untuk menggunakan jasa seorang arsitek profesional, karena saya "Hasan Fikri Shahab" menawarkan jasa desain gratis dan biaya pengawasan proyek yang tidak menggunakan sistem komisi ataupun prosentase. Biaya yang akan anda keluarkan akan terasa sangat ringan. Dengan biaya yang amat sangat murah, anda akan mendapatkan jasa seorang arsitek dengan hasil kerja yang profesional dan bisa diandalkan. Biaya dan desain saya akan sangat jauh di bawah standar arsitek Indonesia dengan kualitas desain yang tidak kalah dengan arsitek berbanderol mahal.


Kepuasan anda benar-benar jaminan saya!!


Gambar di atas adalah salah satu contoh desain rumah tinggal yang saya buat.

Sabtu, 11 Oktober 2008

Estetika Dan Perawatan


Mana yang keren, Ferrari atau Toyota?

Mana yang cantik, Sepatu Hak Tinggi atau Sandal?

Mana yang gaya, Celana Panjang atau Sarung?


Ya mungkin contoh diatas bukan yang bagus, tapi saya harap anda bisa mengerti maksudnya...


Maksudnya, adalah...terkadang yang indah-indah, cantik-cantik, keren-keren, memang mengorbankan sisi kegunaan dan praktisnya. Keindahan itu rumit, keindahan itu mahal, keindahan itu repot, keindahan itu tidak berfungsi dengan baik... selain image.


Namun kita sebagai manusia memang selalu tergoda oleh apa yang indah, sudah nalurinya.


Tinggal kita kembalikan, apa yang menjadi fokus kita saat ini... keindahan atau kegunaan?


Ferrari terkenal rewel dan mahal perawatannya, sedangkan Toyota terkenal akan rehabilitasnya..

Stiletto heel memang cantik, namun tidak sepraktis sandal...

Levis memang elegan, sementara sarung 'mulitfungsi'...

Walau kita selalu ingin yang terbaik, suami ganteng tapi kaya raya, istri cantik namun pintar, terkadang kita harus memilih salah satu diantaranya, bila anda mendapatkan kedua sisi tersebut, you are very lucky.. hahaha


OK.. kembali ke dunia arsitektur !!

Dalam menentukan detail bagian rumah anda, hal ini tentu akan terjadi...

-Pintu dari kayu ukiran cantik, namun karena letaknya diluar, anda harus merawatnya...
-Kaca yang lebar memberikan kesan moderen, namun panas matahari masuk...
-Genteng 'tegola' memberikan kesan elegan, namun (rata2) berumur lebih pendek...
-Wallpaper memberikan efek keren dan meratakan dinding anda, namun harus diganti setiap beberapa tahun...
-Mosaic tile di kamar mandi dan kitchen menarik, namun anda harus rajin membersihkan nat nya..
-Lampu halogen memberikan efek mewah, namun panas dan sering 'mati'...
-Sofa kulit suede terkesan mahal, namun anda 'tidak boleh' makan/minum sembarangan di sofa itu...
-Bathtube dengan desain geometris keren, namun tidak senyaman model standard...
-Lantai hitam mengkilat memberikan efek mirror yang mahal, namun anda harus sering membersihkannya...


Pikirkanlah dengan matang, mana yang menjadi prioritas, keindahan atau 'kegunaan' dalam menentukan material rumah anda, tentukan mana ruang yang berfungsi sebagai 'show room' (fokus kepada keindahan tetapi it's okay bila repot mengurusnya - ruang tamu misalnya) dan mana ruang yang 'fungsional/daily use' (fokus akan durability dan mudah perawatan namun tidak terlalu cantik)...

Suatu "Kelayakan"


"Hmm... serem banget bila saya harus bicara fee.."


Saya bertemu berbagai macam klien, dan pasti mereka akan menanyakan berapa fee saya, reaksinya bermacam-macam, ada yang merasa keberatan (terutama teman2 dekat), ada yang merasa 'tidak yakin', ada yang 'tidak menawar', dan ada yang justru menaikkan fee saya (yang terakhir ini justru sangat langka).

Dari beberapa tipe klien tersebut, rata-rata, fee yang saya ajukan relatif sama. Lalu kenapa bisa tercipta reaksi yang berbeda?


Seperti bisnis pada umumnya, seorang konsultan mempunyai overhead, yaitu biaya dasar untuk dapat dimulainya suatu proyek, seperti biaya kantor, gaji pegawai, konsultan tambahan, marketing dan lainnya. Biaya ini untuk konsultan, sangat tinggi (untuk anda yang mempunyai usaha sendiri tentu menyadari akan hal ini, untuk anda yang bekerja di perusahaan, biasanya kurang memahami hal ini...pada umumnya ya..) Nah, biaya overhead ini ibaratnya sama saja dengan NOL. Artinya, walau ada angka yang cukup signifikan, namun untuk sang arsitek tidak berpengaruh, karena 'income' dari sang arsitek itu diperhitungkan diatas overhead ini. Baru sang arsitek mempunyai penghasilan (rasanya penjelasan ini agak 'perlu-gak-perlu').


Pertanyaanya adalah, berapa 'value' sang arsitek itu?


Mungkin, pertanyaan yang lebih jelas adalah, seberapa 'valuable' sang arsitek untuk proyek anda?


Atau lebih 'tajam' lagi, seberapa penting 'value' proyek rumah tinggal tersebut dimata diri anda sendiri?


Biasanya, yang dijelaskan adalah seperti ini:

- Anda tidak membayar gambar rumah ini, yang anda bayar adalah, 'keamanan' investasi ada. Intinya adalah, uang yang anda 'spend' untuk membangun rumah adalah dana yang sangat tinggi. Arsitek adalah 'salah satu' komponen penting, apakah, dana yang anda sediakan tersebut, ter-spend dengan baik. Sang arsitek yang baik, akan menghasilkan proyek yang baik. Karena kita tidak mau salah atau gagal dalam proyek rumah kita.


- Tidur nyenyak. Kita membayar arsitek, justru supaya kita bisa tidur nyenyak, kita justru membayar sang arsitek, 'agar sang arsitek tidak tidur'.


- Ada gambar ada fee, tidak ada gambar tidak ada fee. Memang, fee baru diterima utuh oleh sang arsitek, ketika gambar sudah diberikan kepada anda. Mirip proses jual beli memang; ada gambar, ada uang. Namun ada hal yang tidak akan pernah anda tahu, yaitu :


Seberapa pentingkah proyek anda buat sang arsitek? Apakah sang arsitek tersebut telah memberikan kemampuan terbaiknya untuk proyek anda? Ataukah hanya sekedar, 'memberikan' gambar?


(Memang standar fee konsultan itu ada, meskipun masih di 'ribut' kan oleh beberapa kalangan)


Yang terpenting, bila kita tahu bahwa sang arsitek tersebut fokus kepada proyek kita dan dapat dipercaya, seberat-beratnya fee sang konsultan, tentu akan terasa 'ringan' bila proyek kita berjalan dengan baik nantinya...

Jumat, 10 Oktober 2008

Arsitek cuma gambar doang, kok mahal banget ya.. ?


Saya benar-benar kaget membaca komentar seperti itu beberapa hari lalu di sebuah media cetak.


Apakah mereka tidak akan berkomentar yang sama tentang dokter? lawyer? montir? financial planner?


Intinya, anda memang masih sulit untuk menerima 'kenyataan' tentang 'the power of the brain'.


Mungkin ada baiknya anda berpikir sejenak tentang 'para konsultan' ini..apakah benar fungsi mereka hanyalah sekadar 'ngomong doang', 'gambar doang', 'masak doang'?


Atau apakah sentuhan mereka yang dapat merubah yang jelek menjadi baik? yang salah menjadi benar? yang sakit menjadi sehat?


Apakah Paris akan seperti "paris" yang kita kenal, bila dikerjakan oleh 'arsitek' yang 'cuman gambar doang'?


Think About it..

Rumah Tinggal Karya Pertamaku


Bangunan rumah tempat tinggal yang menjadi karya pertamaku pada bulan Desember 2004 terletak di kawasan Bukit Tidar Malang. Banyak sekali konsep yang aku terapkan pada bangunan itu. Mulai dari penataan ruang, pengaturan warna, elemen batuan serta eksterior.

Ketika mendesain rumah itu aku mencoba membayangkan suasana yang akan kurasakan didalamnya, meskipun bukan aku yang kelak menikmatinya. Kurasa-rasa dimana ruang yang paling nyaman, paling menyenangkan, paling anggun, paling sibuk. Kubayang-bayangkan letak perabot, dan bagaimana orang-orang akan merasakan ruang tersebut.
Pemilihan material finishing bangunan yang hampir menyaingi harga bangunannya dengan material sederhana membuat rumah ini melebihi dari yang kubayangkan…Dinginnya lantai granit, dan sejuknya batu alam, diiringi gemericik air di taman belakang dekat ruang keluarga, dan dua pagar tambahan disisi kanan dan kiri rumah itu tidak lagi menajdi khayalan belaka karena pada saat itu apa yang tergambar dalam imajinasiku akhirnya aku tuangkan ke dalam bentuk nyata bangunan itu. Dan hasilnya adalah sebuah irama yang elok, memperkuat keindahan rumah itu.
Sebenarnya bangunan ini bisa dikatakan karya pertamaku yang cukup njelimet untuk arsitek pemula seperti aku pada waktu itu, karena aku dituntut sebagai arsitek seutuhnya untuk pertama kalinya. Dan dari bangunan itu desainku direvisi hingga 3 kali, menghitung RAB nya, semua kukerjakan sendiri.
Tantangan terberat adalah membaca selera sebenarnya dari sang pemilik, menyatukan 2 selera yang sangat berbeda, karena pasangan suami istri ini tak pernah satu dalam menentukan apapun dalam pembangunan rumahnya.
Rumah ini berbicara banyak padaku, kerja keras, dialog alot meyakinkan klien, konflik dengan kepala tukang karena salah menempatkan besi-besi, terbalik memasang tangga, dan banyak lagi. Tapi cita rasa, buah dari kerja keras itu memang manis.Rumah ini adalah monumen karya bagiku. Seubah impian yang nyaris sempurna.
Terimakasih kepada Pak Latif dan Bu Hanni, karena telah mempercayakan mendesain bangunan tempat tinggalnya di tangan seorang arsitek muda yang belum banyak pengalaman.Maafkan aku jika memang rumah itu tak sempurna impian kalian. Apa mau dikata, karena arsitek juga manusia.